http://www.kompas.com
Anak Kurang Tidur Picu Depresi
Kamis, 31 Januari 2008 | 01:05 WIB
RENCANA Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang digaungkan Gubernur Fauzi Bowo beberapa waktu lalu, yaitu mengatasi kemacetan lalu lintas dengan memajukan jam masuk sekolah, selayaknya ditinjau ulang. Memang alasan yang diungkapkan gubernur tentang hal itu baik, tapi dari sudut kesehatan, pemajuan jam sekolah itu malah akan merugikan.
Selama ini, jam masuk sekolah adalah pukul 07.00. Bila peraturan pemerintah provinsi itu dilaksanakan, jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 atau 06.45.
Menurut Dr Andreas Prasadja, RPSGT, Sleep Technologist dari Sleep Disorder Clinic Rumah Sakit Mitra Kemayoran, kebijakan itu akan berdampak pada kualitas pendidikan, prestasi akademis, dan perilaku anak-anak."Perlu diketahui, di negara-negara maju saat ini justru sedang terjadi gerakan untuk memundurkan jam masuk sekolah demi meningkatkan kualitas anak didik," kata Andreas Prasadja.
Peningkatan kualitas belajar anak, menurut dia, ada hubungannya dengan waktu tidur anak. Itu sebabnya, House Congressional Resolution 135 mendorong sekolah-sekolah di Amerika Serikat untuk memundurkan jam masuk sekolah dari pukul 07.00 menjadi pukul 08.30.
Kesehatan tidur
Menurut Andreas Prasadja, ada sebuah mekanisme pengaturan siklus kehidupan yang bernama irama sirkadian. Sepanjang hari, irama sirkadian berdetak menentukan saat-saat yang tepat bagi seseorang untuk makan, tidur, atau beraktivitas. Dia memberikan rasa segar di pagi hari, rasa lapar pada tengah hari, kantuk pada jam 13.00-14.00, dan rasa segar kembali di pukul 16.00-an. Tentu saja ini akan bervariasi pada setiap individu.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan, menurut Andreas, adalah utang tidur. Utang tidur adalah jumlah kekurangan tidur yang membebani. Prof. William Dement, bapak kedokteran tidur, mengatakan, semakin besar utang tidur semakin besar pula dorongan untuk tidur. Besarnya utang tidur juga akan menghambat kemampuan kita untuk berpikir dan bekerja. Pada anak-anak kekurangan tidur akan berakibat langsung pada kesehatan, prestasi akademis, dan kemampuan fisiknya untuk berolahraga.
Menurut pantauan Andreas, banyak anak, khususnya remaja, saat ini mengalami kekurangan tidur kronis akibat jadwal kegiatan yang tidak memperhatikan jam biologis/irama sirkadian. Jam biologis remaja berbeda dengan orang dewasa. Saat orangtuanya mulai mengantuk di jam 22.00, mereka sedang berada dalam kondisi segar penuh vitalitas, dan baru mengantuk setelah lewat malam. Kebutuhan tidur mereka pun lebih panjang, yaitu 8,5-9,25 jam. Padahal mereka harus bangun pagi hari mengejar pukul 07.00 untuk masuk sekolah.
Kekurangan tidur pada remaja menyebabkan mereka mengalami masalah emosional. Karena masih kurang tidur saat malam, di pagi hari mereka begitu sulit dibangunkan, dan sepanjang hari di sekolah mereka sulit mengarahkan konsentrasi secara penuh. Beberapa di antaranya bahkan tertidur di dalam kelas. Kekerasan, kenakalan, dan masalah emosional pada remaja juga diperberat oleh kondisi kurang tidur ini.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Sleep Foundation (Amerika Serikat) menunjukkan bahwa anak-anak yang cukup tidur (lebih 8 jam sehari) mempunyai prestasi akademis yang lebih baik dibanding yang kurang tidur. Sementara penelitian lainnya di Universitas Minnesota membuktikan manfaat menggeser jam masuk dari pukul 07.15 menjadi 08.40.
Para ahli bahkan terkejut dengan banyaknya kemajuan yang dialami para mahasiswa hanya dengan menambahkan kurang dari satu jam tidur setiap harinya. Prof Dement mencatat perubahan pada salah seorang mahasiswinya yang mengatakan bahwa dosen kuliah paginya kini tidak lagi membosankan setelah dia mencukupi kebutuhan tidurnya.
Jadi, menurut Andreas, ada baiknya pemerintah meninjau ulang kebijakan itu. Lebih baik jam sekolah dimundurkan daripada dibuat lebih pagi. Sebab, tidur memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
"Kita melakukan kesalahan besar jika tidak memperhatikan kesehatan tidur. Untuk itu, saya sebagai seorang dokter, orangtua, dan warga Jakarta, memohon kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk mempertimbangkan kualitas anak-anak kita dalam membuat kebijakan untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota," katanya. (Warta Kota/sra)
MANFAAT CUKUP TIDUR BAGI ANAK
Mary Carskadon, PhD, seorang ahli di bidang tidur remaja
merumuskan beberapa manfaat kecukupan tidur bagi remaja:
1. Tidak mudah mengalami depresi.
2. Mengurangi kenakalan remaja.
3. Nilai akademik yang lebih baik.
4. Mengurangi angka ketidakhadiran di kelas.
5. Mengurangi risiko mengalami kecelakaan lalu lintas akibat kantuk.
6. Prestasi olahraga yang lebih baik.
7. Daya tahan terhadap penyakit infeksi yang lebih kuat.
8. Mengurangi risiko berbagai gangguan metabolik, termasuk obesitas.
(*/sra)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar